Vaping dan Kanker Paru-paru: Apa Yang Perlu Anda Ketahui

Disumbangkan oleh: Dr Chin Tan Min

Vape, atau juga dikenal sebagai rokok elektronik, telah menjadi alternatif populer sebagai pengganti rokok tradisional. Namun, kesalahpahaman seputar risiko kesehatan dari vaping tetap populer. Dr Chin Tan Min, Konsultan Senior, Onkologi Medis berbagi lebih banyak mengenai berbagai kesalahpahaman ini.

Meskipun sudah menjadi kepercayaan umum di antara banyak orang bahwa vaping tidak sebahaya merokok rokok tradisional, vaping bukanlah tanpa risiko.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaping berbahaya bagi kesehatan dan tidak bisa dianggap sebagai alternatif yang lebih sehat daripada rokok biasa1. Vaping diketahui terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan paru-paru seperti infark miokard, asma, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dalam jangka pendek. Efek jangka panjang pada kesehatan masih belum diketahui2.

Lebih lanjut, vape mengandung nikotin, bahan kimia yang sangat adiktif yang juga terdapat dalam rokok tradisional. Saat dihirup, nikotin dengan cepat memasuki aliran darah dan mengaktifkan reaksi kimia di otak yang merangsang perasaan senang sementara yang dapat menyebabkan kecanduan.

Infografis - Vape vs Rokok Tradisional

​ ​​​

Apakah vaping meningkatkan risiko kanker paru-paru?

Saat ini, tidak ada bukti bahwa vaping secara langsung menyebabkan kanker paru-paru. Karena persentase yang signifikan dari pengguna vape adalah perokok aktif atau mantan perokok, sehingga sulit untuk secara akurat menentukan apakah ada efek pada kesehatan yang disebabkan oleh vaping, rokok, atau keduanya.

Selain itu, karena vaping tergolong relatif baru, mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun sebelum kami mendapatkan data konkret tentang efek jangka panjangnya dan hubungannya dengan kanker paru-paru.

Seiring dengan pemahaman kami tentang vaping dan efeknya yang terus berkembang, penting untuk menyadari risiko kesehatan vape terkait dengan kanker paru-paru. Beberapa risiko jangka pendek termasuk tetapi tidak terbatas pada:

  • Batuk
  • Peningkatan detak jantung
  • Sesak napas
  • Iritasi atau cedera pada mulut, tenggorokan, atau paru-paru
  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala

Beberapa risiko jangka panjang meliputi:

  • Kecanduan nikotin
  • Paparan bahan kimia beracun
  • Meningkatnya kemungkinan merokok

Haruskah perokok menggunakan vape untuk mengurangi kebiasaan merokok?

Meskipun vaping mungkin kurang berbahaya dibanding merokok, namun tetap menimbulkan risiko bagi kesehatan kita.

Seperti rokok tradisional, vape juga mengandung nikotin, beberapa dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Vaping dengan demikian bisa sangat membuat kecanduan sehingga menjadi kebiasaan, khususnya bila digunakan secara teratur, atau sebagai mekanisme penanganan pada saat tertekan.

Selain itu, karena vape tidak terbakar seperti rokok tradisional, pengguna mungkin secara tidak sadar menghisap vape lebih dari yang mereka sadari. Vaping yang lebih lama dan lebih sering dapat menghasilkan paparan yang lebih besar terhadap bahan kimia beracun yang terkandung dalam alat penguap.

Selain itu, vape ilegal untuk dimiliki, dibeli, dan digunakan di Singapura. Dengan demikian, vaping mungkin bukan cara terbaik untuk mengurangi kebiasaan merokok jika Anda adalah perokok aktif.

Namun, perokok tidak boleh berkecil hati untuk mengurangi dan berhenti merokok. Jika Anda seorang perokok yang ingin mengurangi atau berhenti merokok, bicarakan dengan dokter Anda tentang program atau alat berhenti merokok yang tersedia yang terbaik untuk Anda. Mempraktikkan kebiasaan sehat dan manajemen stres yang efektif juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit termasuk kanker paru-paru.

Laporan WHO tentang Epidemi Tembakau Global, 2021
Laporan WHO tentang Epidemi Tembakau Global, 2021
DIPOSTING DI Pencegahan Kanker
LABEL infeksi paru, mencegah kanker
BACA SELENGKAPNYA TENTANG Kanker Paru-Paru
DITERBITKAN 01 November 2022