Berita & Artikel
Pengobatan Kanker Otak: Menggunakan Radioterapi
Mengobati tumor otak
Dr Edward Yang Tuck Loong, Konsultan Senior dalam bidang Onkologi Radiasi di Parkway Cancer Centre, membahas mengenai bagaimana kemajuan teknologi radioterapi memberikan lebih banyak pilihan bagi dokter dalam mengobati kanker otak.
Tumor pada otak, baik berasal dari otak, atau merupakan metastasis (penyebaran) dari tempat lain merupakan tumor yang sulit untuk diobati.
Tumor ini sulit untuk diangkat melalui operasi karena otak adalah organ yang rumit dimana melakukan biopsi saja dapat berbahaya dalam situasi tertentu, apalagi operasi. Bahkan bila tumor berhasil diangkat, operasi dapat mempengaruhi fungsi otak tergantung kepada lokasi lesi.
Lebih lanjut lagi, beberapa tumor ini dapat bersifat jinak dan melakukan operasi dapat menimbulkan risiko signifikan yang lebih besar daripada manfaatnya.
Selain itu, “sawar darah otak” yang melindungi otak dari patogen, dapat mencegah terkonsentrasinya berbagai obat kemoterapi di otak, sehingga membuat obat-obat tersebut menjadi kurang efektif. Oleh sebab itu, kini radioterapi seringkali dianggap sebagai pilihan terapi yang penting untuk pengobatan tumor otak.
Kekurangan dari radioterapi
Meski demikian, radioterapi juga memiliki kekurangan. Lebih dari 20 tahun yang lalu, melakukan radioterapi untuk kanker otak berarti menyinari sebagian besar otak atau seluruh otak pada beberapa kondisi tertentu, seperti kanker yang bermetastasis ke otak. Ini berarti bahwa bila tumor hanya berada pada lima persen dari volume otak, maka 95 persen lainnya dari volume otak juga harus disinari, jelas Dr Edward Yang Tuck Loong, Konsultan Senior dalam bidang Onkologi Radiasi di Parkway Cancer Centre.
Radioterapi pada seluruh otak memakan waktu dua hingga tiga minggu dan berpotensi menyebabkan neurotoksisitas. Akibat pengobatan ini, pasien dapat mengalami gangguan kognitif atau mengalami kesulitan untuk berjalan atau berkomunikasi. Ini akan mempengaruhi kualitas hidup pasien secara signifikan. Ini seringkali terjadi satu atau dua tahun kemudian.
Namun, berkat kemajuan dalam bidang radioterapi, kini para ahli onkologi radiasi dapat mengirimkan berkas radiasi yang ditargetkan hanya kepada tumor, tidak perlu mengenai bagian otak yang lainnya, yang mana ini berarti bahwa radiasi seluruh otak semakin tidak perlu dilakukan.
Tersedia bentuk terapi yang baru
Salah satu terapi utama yang kini digunakan adalah bedah radiasi stereotaktis. Di sini banyak berkas radiasi yang sangat kecil diarahkan kepada kanker dengan sangat tepat. Hasilnya, radiasi dosis tinggi dapat diberikan secara akurat dan aman, dengan pengobatan tunggal atau beberapa pengobatan, tergantung kepada situasi.
Kini, kita juga memiliki terapi radiasi intensitas termodulasi/intensity-modulated radiation therapy (IMRT). Terapi ini mengantarkan radiasi dengan cara yang disesuaikan dengan tumor.
Teknologi baru lainnya adalah terapi radiasi yang dipandu oleh citra/image-guided radiation therapy (IGRT) dimana pemindaian dilakukan sebelum dan selama pengobatan untuk memastikan penargetan yang akurat. Terkadang, prosedur yang berbeda-beda ini dikombinasikan untuk meningkatkan efisiensi dan keakuratan.
“Radioterapi stereotaktis dengan solusi intensitas termodulasi memungkinkan kita untuk menyesuaikan dosis agar cocok dengan tumor secara sangat akurat disertai dengan IGRT untuk memverifikasi keakuratannya setiap hari,” ujar Dr Edward Yang Tuck Loong.
“Dan dengan bedah stereotaktis berbasis citra, kita dapat menargetkan tumor dan menghindari jaringan otak yang normal secara efektif, aman dan akurat, sehingga mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh otak yang normal dan dengan demikian mengurangi risiko terjadinya toksisitas dan kerusakan.”
Berbagai kemajuan ini membuat bedah radiasi sebagai pilihan pengobatan, khususnya untuk tumor jinak.
“Dengan bedah radiasi atau radioterapi stereotaktis yang sangat akurat, banyak tumor jinak, seperti meningioma dan neuroma akustik tidak diangkat karena risiko yang ditimbulkan oleh operasi dan adanya hasil yang sangat baik dari radiasi,” ujar Dr Yang.
“Hasilnya sangat baik dengan radioterapi/bedah radiasi dan risikonya sangat rendah, sehingga tidak sepadan dengan memberikan risiko kepada pasien dengan melakukan operasi besar, kecuali bila operasi dibutuhkan untuk dekompresi yang mendesak, atau tumor sangatlah besar sehingga mengangkat sebanyak mungkin bagian tumor dapat memberikan manfaat.”
Kemampuan untuk menargetkan tumor individual dengan radiasi telah menghasilkan perubahan dalam hal pengobatan orang-orang yang mengalami tumor otak sekunder berganda. Sebelumnya mereka diobati dengan radiasi seluruh otak, namun kini, mereka diobati dengan bedah radiasi stereotaktis yang menghindari terjadinya neurotoksisitas.
Operasi masih menjadi pilihan pertama bila memungkinkan
Namun, bedah radiasi stereotaktis bukanlah jawaban bagi semua tumor otak.
Untuk tumor ganas di otak, operasi masih menjadi pilihan pertama bila memungkinkan, ujar Dr Edward Yang Tuck Loong.
Namun, terkadang operasi tidak mungkin dilakukan karena ukuran tumornya, lokasinya atau karena pasien terlalu lemah untuk menjalani operasi besar. Pada saat inilah radioterapi stereotaktis berperan.
Selain itu, radiasi seluruh otak belum sepenuhnya ditinggalkan. Dr Yang masih menggunakan radiasi seluruh otak bila seorang pasien memiliki lebih dari 10 tumor sekunder di otak.
Namun, penggunaan radiasi seluruh otak telah menurun secara drastis bila dibandingkan dengan masa yang lampau.
“Lima belas tahun yang lalu, sekitar 95 persen kasus radioterapi untuk metastasis pada otak adalah radioterapi seluruh otak,” ujarnya. “Kini, kami akan menawarkan radioterapi stereotaktis terfraksinasi bila memungkinkan guna mengurangi risiko neurotoksisitas dan waktu yang dibutuhkan untuk pengobatan.”
Imbuh Dr Yang: “Meningkatnya ketepatan radioterapi berarti radioterapi dapat digunakan secara aman untuk mengatasi tumor jinak dan ganas dimana risiko operasi lebih besar daripada manfaatnya.
“Selain itu, seiring dengan meningkatnya penggunaan bedah radiasi stereotaktis bila dibandingkan dengan radiasi seluruh otak untuk orang yang menderita tumor otak sekunder, maka lebih sedikit pula efek samping yang timbul, dan dengan demikian pasien dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik setelah pengobatan.”
Tumor otak: Apa dan mengapa
Tumor otak adalah sel-sel abnormal yang berkembang di dalam otak. Sekitar dua pertiga dari tumor otak adalah tumor sekunder, artinya mereka berasal dari tempat lain, biasanya paru, payudara atau bagian kolorektal. Kanker ini kemudian bermetastasis ke otak. Sepertiga sisanya adalah tumor primer dimana tumor memang berasal dari otak.
Pada sebagian besar kasus, dokter tidak mengetahui penyebab tumor otak primer, namun beberapa dapat dikaitkan dengan gangguan genetik yang langka, ujar Dr Edward Yang Tuck Loong. Di antara berbagai tumor primer, sejumlah besar adalah tumor jinak.
Orang yang menderita tumor otak primer kadangkala tidak menunjukkan gejala dalam jangka waktu yang lama karena otak dapat beradaptasi dan mengimbangi, ujarnya.
Bila timbul gejala, biasanya tidak bersifat spesifik dan meliputi sakit kepala, mual, muntah, pusing, berjalan terhuyung-huyung dan kejang. Bila tumor terletak dekat dengan daerah yang mengendalikan kemampuan berbicara, maka orang dapat mengalami gangguan untuk berkata-kata atau bila tumor terletak pada daerah yang mengendalikan kemampuan motoric, maka orang dapat mengalami kelemahan pada satu sisi tubuh.
Pasien harus melakukan MRI untuk melihat apakah gejala yang mereka alami merupakan akibat dari tumor atau stroke. Bila dideteksi adanya tumor dan perlu dilakukan biopsi, maka dengan dipandu oleh citra, koordinat tumor ditemukan, sebuah lubang kecil dibor ke dalam tengkorak dan sebuah jarum dimasukkan untuk mengekstrak jaringan untuk dibiopsi.
Namun, karena pencitraan yang sudah semakin baik, ada banyak kondisi dimana tidak perlu dilakukan biopsi, ujar Dr Yang. “Kita tahu bahwa tumor tersebut jinak karena lokasinya dan apakah mereka bertambah luas daripada berinfiltrasi.”
Tumor jinak pun perlu ditangani karena potensi kerusakan yang dapat disebabkannya ketika mereka bertambah luas. Di sinilah bedah radiasi stereotaktis dapat berperan.
“Dengan radioterapi, risiko terjadinya kerusakan pada jaringan yang berdekatan adalah rendah karena kini kita dapat memusatkan radiasi secara tepat di tempat yang kita inginkan, dengan keakuratan yang sangat baik,” ujar Dr Yang.
“Pengobatan ini adalah pengobatan rawat jalan, tidak terlalu mahal dan aman. Pada beberapa situasi, Anda bahkan mungkin tidak akan mengalami kerontokan rambut.”
Pada tumor primer jinak, tujuan radioterapi adalah untuk menyembuhkan. Pada tumor ganas, radioterapi digunakan untuk tumor yang sulit diangkat melalui operasi atau bila pasien terlalu lemah untuk menjalani operasi besar. Pasien yang menjalani operasi seringkali diberikan radiasi pasca operasi.
“Seringkali kami perlu melakukan radiasi untuk mengatasi penyakit mikroskopik dan makroskopik yang masih tertinggal,” ujar Dr Yang.
“Tidak seperti tumor lainnya – seperti kanker usus besar dimana kita dapat mengangkat suatu bagian dari usus besar dengan batasan yang baik – pada otak, kami tidak berani mengambil batas yang besar karena kami akan memotong bagian yang normal dari otak.”
Terapi radiasi stereotaktis memakan waktu sekitar 20 menit setiap harinya dan berlangaung selama lima hingga enam minggu. Terkadang ditambahkan kemoterapi untuk meningkatkan efektivitas radiasi pada tumor ganas otak. Pada umumnya pasien dapat berjalan untuk melakukan terapi dan kemudian berjalan untuk pulang.
Jimmy Yap
DIPOSTING DI | Perawatan Kanker |
LABEL | kanker metastatik, kanker otak, kualitas hidup pasien kanker, radioterapi (terapi radiasi), tumor |
DITERBITKAN | 01 Juni 2018 |