Berita & Artikel
4 Hal yang Perlu Diketahui Gen Z tentang Kanker Kolorektal
Meskipun kanker kolorektal diketahui sebagian besar menyerang orang lanjut usia1, bukan berarti Gen Z kebal terhadap risikonya. Faktanya, terdapat kekhawatiran yang semakin besar mengenai peningkatan kejadian kanker kolorektal pada kelompok usia di bawah 50 tahun secara global2.
Faktor risiko yang terkait dengan kanker kolorektal termasuk genetika, obesitas, konsumsi berlebihan daging olahan dan daging merah, alkohol, dan merokok. Meningkatnya kejadian kanker kolorektal pada individu yang lebih muda dapat dikaitkan dengan perubahan pola makan dan gaya hidup kita.
Namun banyak yang meragukan hubungan antara faktor-faktor ini dan meningkatnya kejadian penyakit ini. Penting untuk diketahui bahwa meskipun faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko, peningkatan risiko yang terjadi relatif kecil3.
Terlepas dari alasan di balik meningkatnya kejadian kanker kolorektal, tidak ada salahnya bagi Gen Z untuk mengambil pendekatan proaktif dan mempelajari lebih lanjut tentang penyakit ini. Berikut empat hal yang perlu diketahui Gen Z tentang kanker kolorektal.
1. Faktor risiko dan pilihan gaya hidup
Kanker kolorektal biasanya dimulai dengan polip di usus besar dan dalam jangka waktu tertentu, karena perubahan lingkungan usus dan perubahan genetik, kanker tersebut berkembang menjadi kanker.
Faktor risiko utama meliputi:
- Genetika terkait dengan gen tertentu yang dapat diturunkan dari orang tua ke anak seperti poliposis adenomatosa dan sindrom Lync
- Riwayat pribadi atau riwayat keluarga dengan kanker kolorektal atau polip
- Penyakit radang usus seperti Penyakit Crohn atau Kolitis Ulseratif
- Kegemukan
- Diabetes mellitus
- Daging merah dan olahan
- Meroko
- Konsumsi alkohol berlebihan
- Dan lain-lain
Memahami faktor risiko yang terkait dengan kanker kolorektal sangatlah penting, karena aspek-aspek tertentu dapat dikurangi melalui penyesuaian gaya hidup. Pilihan gaya hidup yang tidak sehat, seperti terus-menerus mengonsumsi makanan cepat saji tinggi lemak, dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal.
Faktor lain yang dapat dikelola seperti mengurangi gula4 dan alkohol, mengonsumsi sayuran, produk susu, dan biji-bijian5, serta menjalani gaya hidup yang lebih aktif secara fisik, juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit yang diakibatkannya.
2. Gejala yang harus diwaspadai
Gejala kanker kolorektal antara lain:
- Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit)
- Merasa usus Anda tidak kosong sepenuhnya
- Menemukan darah (merah terang atau sangat gelap) di tinja Anda
- Menemukan tinja Anda lebih sedikit dari biasanya
- Sakit perut terutama pada malam hari
- Sering mengalami nyeri gas, kram, atau merasa kenyang atau kembung
- Penurunan berat badan tanpa alasan yang diketahui
- Merasa sangat lelah sepanjang waktu
- Mengalami mual atau muntah
Sebagian besar gejala-gejala ini umum terjadi pada orang-orang muda terutama mereka yang menderita sindrom iritasi usus besar. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini dalam jangka waktu lama dan terdapat faktor risikonya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan Anda. Namun, penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala ini biasanya bukan disebabkan oleh kanker.
Selain itu, penting untuk diperhatikan bahwa kanker stadium awal biasanya tidak menimbulkan rasa sakit6. Oleh karena itu, siapa pun yang mengalami gejala-gejala tersebut sebaiknya menemui dokter untuk didiagnosis dan diobati sedini mungkin.
3. Tes Skrining
Skrining kanker adalah melakukan tes untuk mendeteksi kanker kolorektal meskipun tidak ada gejala.
Di Singapura, usia yang disarankan untuk melakukan skrining adalah 50 tahun bagi individu tanpa gejala7. Di AS, usia untuk memulai skrining sekarang adalah 45 tahun. Meskipun pengujian ini mungkin tidak terlalu menjadi perhatian bagi Gen Z, ada baiknya untuk selalu mengetahui pilihan yang tersedia. Selain itu, deteksi dini kanker kolorektal dapat meningkatkan efektivitas pengobatan kanker.
Tes skrining berikut dapat digunakan untuk mendeteksi polip, kanker, atau kelainan lainnya8:
- Tes Darah Okultisme Feses (FOBT) atau Tes Imunokimia Feses (FIT) dapat mendeteksi sejumlah kecil darah dalam tinja. Jika tes ini mendeteksi darah, diperlukan tes lain untuk mencari sumber darah tersebut. Kondisi jinak (seperti wasir), juga bisa menyebabkan darah pada tinja.
- Kolonoskopi memungkinkan dokter Anda memeriksa rektum dan seluruh usus besar menggunakan tabung panjang dan terang (kolonoskop). Jika polip -pertumbuhan jinak yang dapat menyebabkan kanker- ditemukan, polip tersebut dapat diangkat.
- Kolonoskopi virtual menggunakan peralatan sinar-X khusus untuk menghasilkan gambar usus besar dan rektum. Komputer menyusun gambar-gambar ini menjadi gambar detail yang dapat menunjukkan polip dan kelainan lainnya
4. Pilihan pengobatan
Meskipun setiap kasus berbeda-beda, operasi kanker kolorektal bisa sangat berhasil bahkan pada stadium lanjut. Meskipun sebagian besar pasien memerlukan pembedahan untuk mengeluarkan segmen usus besar yang terkena, beberapa pasien mungkin memerlukan kemoterapi tambahan dan terapi radiasi.
Untuk individu dengan kanker kolorektal metastatik, terapi target menjadi pilihan yang tepat dalam rencana pengobatan komprehensif.
Melangkah ke depan
Karena kanker kolorektal menjadi lebih umum terjadi pada generasi muda, penting bagi kita untuk memiliki pemahaman dasar tentang penyakit ini. Mengetahui faktor risiko, gejala, tes skrining, pilihan pengobatan, dan dukungan sangat berguna jika kita menghadapi diagnosis kanker kolorektal.
Penting untuk menjaga gaya hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan nabati, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup (lebih dari 6 jam setiap malam) untuk mencegah kanker kolorektal.
DIPOSTING DI | Pencegahan Kanker, Perawatan Kanker |
LABEL | diet & nutrisi untuk pasien kanker, kolonoskopi |
BACA SELENGKAPNYA TENTANG | Kanker Kolorektal |
DITERBITKAN | 01 Maret 2024 |